Banner Maker

Curt Cobain

"If you ever need anything please don’t hesitate to ask someone else first."
"Bila kamu memerlukan sesuatu, jangan takut untuk minta kepada orang terlebih dahulu"
Pelajaran yang bisa diambil: Jangan menyelesaikan masalah sendiri, selesaikan bersama teman.. Itulah gunanya teman

Pete Townshed - The Who

"Even as age humbles me, it feeds my arrogance. There’s still nothing that interests me as much as myself."
"Bahkan umur pun membuat saya rendah diri, umur memakan semua kesombongan. Saat masih tidak ada satu pun yang menarik bagi saya, kecuali diri saya"
Pelajaran yang bisa diambil: Kita gak boleh sombong, karena masih banyak yang lebih hebat dari kita, dan kita ini hidup di dunia punya waktu, gak selamanya..

Elvis Presley

"I dont know anything about music. In my line (of work) you don’t have to"
"Sebenarnya aku tidak tahu apapun tentang musik. Di cara kerjaku, kau tidak butuh tau itu"
Pelajaran yang bisa diambil: Jangan takut untuk mencoba hal baru, siapa tahu kamu memang berbakat di bidang itu

Ringo Starr - The Beatles

"Sebenernya ini pertanyaan ambigu, bisa berarti: Bagaimana rasanya di Amerika? atau Bagaimana kamu menemukan Amerika? Starr menjawab, Belok kiri saat di Greenland"
Pelajaran yang bisa diambil: Buatlah sesuatu jadi sesimpel mungkin tapi mengena dan terkenang oleh orang-orang

Ozzy Osbourne - Black Sabbath

"I got rabies shots for biting the head off a bat but that's OK, the bat had to get Ozzy shots."
"Saya terkena racun rabies saat menggigit kepala kelelawar.. Tapi jangan khawatir, kelelawar itu pasti terkena racun Ozzy"
Pelajaran yang bisa diambil: Selalu optimis kamu itu lebih baik daripada masalah yang kamu hadapi

Selasa, 28 Agustus 2012

Bukan Laki-laki Biasa

Menjelang hari H, Dara masih saja sulit mengungkapkan alasan kenapa dia mau menikah dengan lelaki itu. Baru setelah menengok ke belakang, hari-hari yang dilalui, gadis cantik itu sadar, keheranan yang terjadi bukan semata miliknya, melainkan menjadi milik banyak orang ; Papa dan Mama, kakak-kakak, tetangga, dan teman-teman Dara, Mereka ternyata sama herannya.

Kenapa? Tanya mereka di hari Dara mengantarkan surat undangan. Saat itu teman-teman baik Dara sedang duduk di kantin menikmati hari-hari sidang yang baru saja berlalu. Suasana sore di kampus sepi. Berpasang-pasang mata tertuju pada gadis itu.

Tiba-tiba saja pipi Dara bersemu merah, lalu matanya berpijar bagaikan lampu neon limabelas watt. Hatinya sibuk merangkai kata-kata yg barangkali beterbangan di otak melebihi kapasitas. Mulut Dara terbuka. Semua menunggu. Tapi tak ada apapun yang keluar dari sana. Ia hanya menarik nafas, mencoba bicara dan? menyadari, dia tak punya kata-kata.!!

Dulu gadis berwajah indo itu mengira punya banyak jawaban, alasan detil dan spesifik, kenapa bersedia menikah dengan laki-laki itu. Tapi kejadian di kampus adalah kali kedua Dara yang pintar berbicara mendadak gagap. Yang pertama terjadi tiga bulan lalu saat Dara menyampaikan keinginan Gama untuk melamarnya. Arisan keluarga Dara dianggap momen yang tepat karena semua berkumpul, bahkan hingga generasi ketiga, sebab kakak-kakaknya yang sudah berkeluarga membawa serta buntut mereka.

Kamu pasti bercanda! Dara kaget. Tapi melihat senyum yang tersungging di wajah kakak tertua, disusul senyum serupa dari kakak nomor dua, tiga, dan terakhir dari Papa dan Mama membuat Dara menyimpulkan : mereka serius ketika mengira Dara bercanda.

Suasana sekonyong-konyong hening. Bahkan keponakan-keponakan Dara yang balita melongo dengan gigi-gigi mereka yang ompong. Semua menatap Dara.!!

Dara serius,! tegasnya sambil menebak-nebak, apa lucunya jika Gama memang melamarnya.

Tidak ada yang lucu, suara Papa tegas, Papa hanya tidak mengira Gama berani melamar anak Papa yang paling cantik.!

Dara tersenyum. Sedikit lega karena kalimat Papa barusan adalah pertanda baik. Perkiraan Dara tidak sepenuhnya benar sebab setelah itu berpasang-pasang mata kembali menghujaninya, seperti tatapan mata penuh selidik seisi ruang pengadilan pada tertuduh yang duduk layaknya pesakitan.

Tapi Dara tidak serius dengan Gama, kan? Mama mengambil inisiatif bicara, masih seperti biasa dengan nada penuh wibawa, maksud Mama siapa saja boleh datang melamar siapapun, tapi jawabannya tidak harus iya, toh?

Dara terkesima.
Kenapa?

Sebab kamu gadis Papa yang paling cantik. Sebab kamu paling berprestasi dibandingkan kami. Mulai dari ajang busana, sampai lomba beladiri. Kamu juga juara debat bahasa Inggris, juara baca puisi seprovinsi. Suaramu bagus.! Sebab masa depanmu cerah. Sebentar lagi kamu meraih gelar insinyur. Bakatmu yang lain pun luar biasa. dara sayang, kamu bisa mendapatkan laki-laki manapun yang kamu mau.!

Dara memandangi mereka, orang-orang yang amat dia kasihi, Papa, kakak-kakak, dan terakhir Mama. Takjub dengan rentetan panjang uraian mereka atau satu kata 'kenapa' yang barusan Dara lontarkan.

Dara Cuma mau Gama, sahutnya pendek dengan airmata mengambang di kelopak.

Hari itu dia tahu, keluarganya bukan sekadar tidak suka, melainkan sangat tidak menyukai Gama. Ketidaksukaan yang mencapai stadium empat. Parah.

Tapi kenapa?
Sebab Gama cuma laki-laki biasa, dari keluarga biasa, dengan pendidikan biasa, berpenampilan biasa, dengan pekerjaan dan gaji yg amat sangat biasa.

Bergantian tiga saudara tua Dara mencoba membuka matanya.
Tak ada yang bisa dilihat pada dia, Dara.!

Cukup..!
Dara menjadi marah. Tidak pada tempatnya ukuran-ukuran duniawi menjadi parameter kebaikan seseorang menjadi manusia. Di mana iman, di mana tawakkal hingga begitu mudah menentukan masa depan seseorang dengan melihat pencapaiannya hari ini.?

Sayangnya dara lagi-lagi gagal membuka mulut dan membela Gama. Barangkali karena dara memang tidak tahu bagaimana harus membelanya. Gadis itu tak punya fakta dan data konkret yang bisa membuat gama tampak 'luar biasa'. dara Cuma punya idealisme berdasarkan perasaan yang telah menuntun dara menapaki hidup hingga umur duapuluh tiga tahun. Dan nalurinya menerima Gama. Di sampingnya Dara bahagia.
Mereka akhirnya menikah.

*****
Setahun pernikahan.
Orang-orang masih sering menanyakan hal itu, masih sering berbisik-bisik di belakang dara, apa sebenarnya yang dia lihat dari Gama. Jeleknya, dara masih belum mampu juga menjelaskan kelebihan-kelebihan gama agar tampak menarik di mata mereka.

Dara hanya merasakan cinta begitu besar dari gama, begitu besar hingga Dara bisa merasakannya hanya dari sentuhan tangan, tatapan mata, atau cara dia meladeni dara. Hal-hal sederhana yang membuat perempuan itu sangat bahagia.

Tidak ada lelaki yang bisa mencintai sebesar cinta gama pada dara. Nada suara dara tegas, mantap, tanpa keraguan.
Ketiga saudara dara hanya memandang lekat, mata mereka terlihat tak percaya.

Raa, siapapun akan mudah mencintai gadis secantikmu.! Kamu adik kami yang tak hanya cantik, tapi juga pintar.! Betul. Kamu adik kami yang cantik, pintar, dan punya kehidupan sukses.!

Dara merasa lidahnya kelu. Hatinya siap memprotes. Dan kali ini dilakukannya sungguh-sungguh. Mereka tak boleh meremehkan gama. Beberapa lama keempat adik dan kakak itu beradu argumen.

Tapi Gama juga tidak jelek, Kak.!

Betul. Tapi dia juga tidak ganteng kan?

Gama juga pintar.!

Tidak sepintarmu, Dara.

Gama juga sukses, pekerjaannya lumayan.

Hanya lumayan, dara. Bukan sukses. Tidak sepertimu.

Seolah tak ada apapun yang bisa meyakinkan kakak-kakaknya, bahwa adik mereka beruntung mendapatkan suami seperti Gama.

Lagi-lagi percuma.
Lihat hidupmu, dara. Lalu lihat gama.! Kamu sukses, mapan, kamu bahkan tidak perlu lelaki untuk menghidupimu.

Teganya kakak-kakak dara mengatakan itu semua. Padahal adik mereka sudah menikah dan sebentar lagi punya anak.

Ketika lima tahun pernikahan berlalu, ocehan itu tak juga berhenti. Padahal dara dan gama sudah memiliki dua orang anak, satu lelaki dan satu perempuan. Keduanya menggemaskan. Gama bekerja lebih rajin setelah mereka memiliki anak-anak. Padahal itu tidak perlu sebab gaji dara lebih dari cukup untuk hidup senang.

Tak apa, kata lelaki Gama, ketika dara memintanya untuk tidak terlalu memforsir diri. Gaji Dara cukup, maksud dara jika digabungkan dengan gaji Abang.

Dara tak bermaksud menyinggung hati suaminya. Tapi dia tak perlu khawatir sebab suaminya yang berjiwa besar selalu bisa menangkap hanya maksud baik.

Sebaiknya dara tabungkan saja, untuk jaga-jaga. Ya ? Lalu gama mengelus pipi dara dan mendaratkan kecupan lembut. Saat itu sesuatu seperti kejutan listrik menyentakkan otak dan membuat pikiran dara cerah. Inilah hidup yang diimpikan banyak orang.

"Bahagia..!

Pertanyaan kenapa dia menikahi laki-laki biasa, dari keluarga biasa, dengan pendidikan biasa, berpenampilan biasa, dengan pekerjaan dan gaji yang amat sangat biasa, tak lagi mengusik perasaan dara. Sebab ketika bahagia, alasan-alasan menjadi tidak penting.

Menginjak tahun ketujuh pernikahan, posisi dara di kantor semakin gemilang, uang mengalir begitu mudah, rumah dara besar, anak-anak pintar dan lucu, dan dara memiliki suami terbaik di dunia. Hidup perempuan itu berada di puncak!

Bisik-bisik masih terdengar, setiap dara dan gama melintas dan bergandengan mesra. Bisik orang-orang di kantor, bisik tetangga kanan dan kiri, bisik saudara-saudara dara, bisik Papa dan Mama.
Sungguh beruntung suaminya. Istrinya cantik.

Cantik ya? dan kaya.!
Tak imbang.!
Dulu bisik-bisik itu membuatnya frustrasi. Sekarang pun masih, tapi dara belajar untuk bersikap cuek tidak peduli. Toh dia hidup dengan perasaan bahagia yang kian membukit dari hari ke hari.

Tahun kesepuluh pernikahan, hidup dara masih belum bergeser dari puncak. Anak-anak semakin besar. dara mengandung yang ketiga. Selama kurun waktu itu, tak sekalipun gama melukai hati dara, atau membuat dara menangis.

Bayi yang dikandung dara tidak juga mau keluar. Sudah lewat dua minggu dari waktunya.

Plasenta kamu sudah berbintik-bintik. Sudah tua, dara. dan Harus segera dikeluarkan.!

Mula-mula dokter kandungan langganan dara memasukkan sejenis obat ke dalam Rah*m dara. Obat itu akan menimbulkan kontraksi hebat hingga perempuan itu merasakan sakit yang teramat sangat. Jika semuanya normal, hanya dalam hitungan jam, mereka akan segera melihat si kecil.

Gama tidak beranjak dari sisi tempat tidur dara di rumah sakit. Hanya waktu-waktu shalat lelaki itu meninggalkannya sebentar ke kamar mandi, dan menunaikan shalat di sisi tempat tidur. Sementara kakak-kakak serta orangtua dara belum satu pun yang datang.

Anehnya, meski obat kedua sudah dimasukkan, delapan jam setelah obat pertama, dara tak menunjukkan tanda-tanda akan melahirkan. Rasa sakit dan melilit sudah dirasakan dara per lima menit, lalu tiga menit. Tapi pembukaan berjalan lambat sekali.

Baru pembukaan satu. Belum ada perubahan, Bu.
Sudah bertambah sedikit, kata seorang suster empat jam kemudian menyemaikan harapan.

Sekarang pembukaan satu lebih sedikit. dara dan gama berpandangan. Mereka sepakat suster terakhir yang memeriksa memiliki sense of humor yang tinggi.

Tigapuluh jam berlalu. dara baru pembukaan dua. Ketika pembukaan pecah, didahului keluarnya darah, mereka terlonjak bahagia sebab dulu-dulu kelahiran akan mengikuti setelah ketuban pecah. Perkiraan mereka meleset.

Masih pembukaan dua, Pak!
Gama tercengang. Cemas. dara tak bisa menghibur karena rasa sakit yang sudah tak sanggup lagi ditanggungnya. Kondisi perempuan itu makin payah. Sejak pagi tak sesuap nasi pun bisa ditelannya.

Bang.?
Gama termangu. Iba hatinya melihat sang istri memperjuangkan dua kehidupan.

Dokter.?
Kita operasi, Dara. Bayinya mungkin terlilit tali pusar.

Mungkin.?
Gama dan Dara berpandangan. Kenapa tidak dari tadi kalau begitu.?

Bagaimana jika terlambat.?
Mereka berpandangan, Dara berusaha mengusir kekhawatiran. Ia senang karena Gama tidak melepaskan genggaman tangannya hingga ke pintu kamar operasi. Ia tak suka merasa sendiri lebih awal.

Pembiusan dilakukan, dara digiring ke ruangan serba putih. Sebuah sekat ditaruh di perutnya hingga dia tidak bisa menyaksikan ketrampilan dokter-dokter itu. Sebuah lagu dimainkan. dara merasa berada dalam perahu yang diguncang ombak. Berayun-ayun. Kesadarannya naik-turun. Terakhir, telinga perempuan itu sempat menangkap teriakan-teriakan di sekitarnya, dan langkah-langkah cepat yang bergerak, sebelum kemudian dia tak sadarkan diri.

Kepanikan ada di udara. Bahkan dari luar Gama bisa menciumnya. Bibir lelaki itu tak berhenti melafalkan zikir. Seorang dokter keluar, Gama mendekat.

Pendarahan hebat.! kata Dokter yang menangani operasi dara.
Gama membayangkan sebuah sumber air yang meluap, berwarna merah. Ada varises di mulut rahim yang tidak terdeteksi dan entah bagaimana pecah.! Bayi mereka selamat, tapi Dara dalam kondisi kritis.

Mama Dara yang baru tiba, menangis. Papa termangu lama sekali. Saudara-saudara dara menyimpan isak, sambil menenangkan orangtua mereka.

Gama seperti berada dalam atmosfer yang berbeda. Lelaki itu tercenung beberapa saat, ada rasa cemas yang mengalir di pembuluh-pembuluh darahnya dan tak bisa dihentikan, menyebar dan meluas cepat seperti kanker.

Setelah itu adalah hari-hari penuh doa bagi dara.
Sudah seminggu lebih dara koma. Selama itu gama bolak-balik dari kediamannya ke rumah sakit. Ia harus membagi perhatian bagi dara dan juga anak-anak. Terutama anggota keluarganya yang baru, si kecil. Bayi itu sungguh menakjubkan, fisiknya sangat kuat, juga daya hisapnya. Tidak sampai empat hari, mereka sudah oleh membawanya pulang.

Mama, Papa, dan ketiga saudara dara terkadang ikut menunggui dara di rumah sakit, sesekali mereka ke rumah dan melihat perkembangan si kecil. Walau tak banyak, mulai terjadi percakapan antara pihak keluarga dara dengan gama.

Lelaki itu sungguh luar biasa. Ia nyaris tak pernah meninggalkan rumah sakit, kecuali untuk melihat anak-anak di rumah. Syukurnya pihak perusahaan tempat gama bekerja mengerti dan memberikan izin penuh. Toh, dedikasi gama terhadap kantor tidak perlu diragukan.

Begitulah gama menjaga dara siang dan malam. Dibawanya sebuah Quran kecil, dibacakannya dekat telinga dara yang terbaring di ruang ICU. Kadang perawat dan pengunjung lain yang kebetulan menjenguk sanak famili mereka, melihat lelaki dengan penampilan sederhana itu bercakap-cakap dan bercanda mesra..

Gama percaya meskipun tidak mendengar, Dara bisa merasakan kehadirannya.

Dara, bangun, Cinta?
Kata-kata itu dibisikkannya berulang-ulang sambil mencium tangan, pipi dan kening istrinya yang cantik.

Ketika sepuluh hari berlalu, dan pihak keluarga mulai pesimis dan berfikir untuk pasrah, Gama masih berjuang. Datang setiap hari ke rumah sakit, mengaji dekat Dara sambil menggenggam tangan istrinya mesra. Kadang lelaki itu membawakan buku-buku kesukaan Dara ke rumah sakit dan membacanya dengan suara pelan. Memberikan tambahan di bagian ini dan itu. Sambil tak bosan-bosannya berbisik,

Dara, bangun, Cinta?
Malam-malam penantian dilewatkan Gama dalam sujud dan permohonan. Asalkan Dara sadar, yang lain tak jadi soal. Asalkan dia bisa melihat lagi cahaya di mata kekasihnya, senyum di bibir Dara, semua yang menjadi sumber semangat bagi orang-orang di sekitarnya, bagi Gama.

Rumah mereka tak sama tanpa kehadiran Dara. Anak-anak merindukan ibunya. Di luar itu Gama tak memedulikan yang lain, tidak wajahnya yang lama tak bercukur, atau badannya yang semakin kurus akibat sering lupa makan.

Ia ingin melihat Dara lagi dan semua antusias perempuan itu di mata, gerak bibir, kernyitan kening, serta gerakan-gerakan kecil lain di wajahnya yang cantik. dara sudah tidur terlalu lama.

Pada hari ketiga puluh tujuh doa Gama terjawab. dara sadar dan wajah penat Gama adalah yang pertama ditangkap matanya.

Seakan telah begitu lama. Gama menangis, menggenggam tangan Dara dan mendekapkannya ke dadanya, mengucapkan syukur berulang-ulang dengan airmata yang meleleh.

Asalkan Dara sadar, semua tak penting lagi.
Gama membuktikan kata-kata yang diucapkannya beratus kali dalam doa. Lelaki biasa itu tak pernah lelah merawat dara selama sebelas tahun terakhir. Memandikan dan menyuapi dara, lalu mengantar anak-anak ke sekolah satu per satu. Setiap sore setelah pulang kantor, lelaki itu cepat-cepat menuju rumah dan menggendong dara ke teras, melihat senja datang sambil memangku dara seperti remaja belasan tahun yang sedang jatuh cinta.

Ketika malam Gama mendandani Dara agar cantik sebelum tidur. Membersihkan wajah pucat perempuan cantik itu, memakaikannya gaun tidur. Ia ingin Dara selalu merasa cantik. Meski seringkali Dara mengatakan itu tak perlu. Bagaimana bisa merasa cantik dalam keadaan lumpuh.?

Tapi Gama dengan upayanya yang terus-menerus dan tak kenal lelah selalu meyakinkan Gama, membuatnya pelan-pelan percaya bahwa dialah perempuan paling cantik dan sempurna di dunia. Setidaknya di mata Gama.

Setiap hari Minggu Gama mengajak mereka sekeluarga jalan-jalan keluar. Selama itu pula dia selalu menyertakan Dara. Belanja, makan di restoran, nonton bioskop, rekreasi ke manapun dara harus ikut. Anak-anak, seperti juga Gama, melakukan hal yang sama, selalu melibatkan dara. Begitu bertahun-tahun.

Awalnya tentu Dara sempat merasa risih dengan pandangan orang-orang di sekitarnya. Mereka semua yang menatapnya iba, lebih-lebih pada Gama yang berkeringat mendorong kursi roda Dara ke sana kemari. Masih dengan senyum hangat di antara wajahnya yang bermanik keringat.

Lalu berangsur Dara menyadari, mereka, orang-orang yang ditemuinya di jalan, juga tetangga-tetangga, sahabat, dan teman-teman Dara tak puas hanya memberi pandangan iba, namun juga mengomentari, mengoceh, semua berbisik-bisik.

Baik banget suaminya.!
Lelaki lain mungkin sudah cari perempuan kedua.!

Dara beruntung.!
Ya, memiliki seseorang yang menerima dia apa adanya.

Tidak, tidak cuma menerima apa adanya, kalian lihat bagaimana suaminya memandang penuh cinta. Sedikit pun tak pernah bermuka masam.!

Bisik-bisik serupa juga lahir dari kakaknya yang tiga orang, Papa dan Mama dara. Bisik-bisik yang serupa dengungan dan sempat membuat Dara makin frustrasi, merasa tak berani, merasa.?

Tapi dia salah. Sangat salah. Dara menyadari itu kemudian. Orang-orang di luar mereka memang tetap berbisik-bisik, barangkali selamanya akan selalu begitu. Hanya saja, bukankah bisik-bisik itu kini berbeda bunyi.?

Dari teras Dara menyaksikan anak-anaknya bermain basket dengan ayah mereka.. Sesekali perempuan itu ikut tergelak melihat kocak permainan.

Yaaaa. Duapuluh dua tahun pernikahan. dara menghitung-hitung semua, anak-anak yang beranjak dewasa, rumah besar yang mereka tempati, kehidupan yang lebih dari yang bisa dia syukuri. Meski tubuhnya tak berfungsi sempurna. Meski kecantikannya tak lagi sama karena usia, meski karir telah direbut takdir dari tangannya.

Waktu telah membuktikan segalanya. Cinta luar biasa dari laki-laki biasa yang tak pernah berubah, untuk Dara. Seperti yg diceritakan oleh seorang sahabat.

Rabu, 08 Agustus 2012

NOAH - Separuh Aku

'NOAH - Separuh Aku Lirik dan Video' 
Noah - Separuh Aku

Dan terjadi lagi kisah lama yang terulang kembali
Kau terluka lagi dari cinta rumit yang kau jalani
Aku ingin kau merasa kamu mengerti aku mengerti kamu
Aku ingin kau sadari cintamu bukanlah dia

Dengar laraku, suara hati ini memanggil namamu
Karena separuh aku dirimu

Ku ada di sini, pahamilah kau tak pernah sendiri
Karena aku selalu di dekatmu saat engkau terjatuh
Aku ingin kau merasa kamu mengerti aku mengerti kamu
Aku ingin kau pahami cintamu bukanlah dia

Dengar laraku, suara hati ini memanggil namamu
Karena separuh aku dirimu

Dengar laraku, suara hati ini memanggil namamu
Karena separuh aku, menyentuh laramu
Semua lukamu telah menjadi milikku
Karena separuh aku dirimu


Senin, 06 Agustus 2012

Dari Jendela Mana Kita Memandang

Pasangan muda yang baru menikah menempati rumah di sebuah komplek perumahan.

Suatu pagi, sewaktu sarapan, si istri melalui jendela kaca. Ia melihat tetangganya sedang menjemur kain.

"Cuciannya kelihatan kurang bersih ya", kata sang istri.
"Sepertinya dia tidak tahu cara mencuci pakaian dengan benar.
Mungkin dia perlu sabun cuci yang lebih bagus."

Suaminya menoleh, tetapi hanya diam dan tidak memberi komentar apapun.

Sejak hari itu setiap tetangganya menjemur pakaian, selalu saja sang istri memberikan komentar yg sama tentang kurang bersihnya si tetangga mencuci pakaiannya.

Seminggu berlalu, sang istri heran melihat pakaian2 yang dijemur tetangganya terlihat cemerlang dan bersih, dan dia berseru kepada suaminya:

"Lihat, sepertinya dia telah belajar bagaimana mencuci dengan benar. Siapa ya kira2 yang sudah mengajarinya? "

Sang suami berkata,:

"Saya bangun pagi2 sekali hari ini dan
membersihkan jendela kaca kita."

Dan begitulah kehidupan.
Apa yang kita lihat pada saat menilai orang lain tergantung kepada kejernihan pikiran (jendela) lewat mana kita memandangnya..

Jika hati kita bersih, maka bersih pula pikiran kita.
Jika pikiran kita bersih, maka bersih pula perkataan kita.
Jika perkataan kita bersih (baik), maka bersih (baik) pula perbuatan kita.

Hati, pikiran, perkataan dan perbuatan kita mncerminkan hidup kita.

Jika ingin hidup kita berkembang, maju, dan sukses. Maka kita hrs menjaga hati, pikiran, perkataan dan Perbuatan kita
Karena itulah segala" nya.

HATI menentukan PIKIRAN..
PIKIRAN menentukan PERKATAAN & PERBUATAN

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More